CLICK HERE FOR THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES »

Wednesday, May 7, 2008

MAKA MENIKAHLAH ENGKAU DENGAN MAHAR HATI YANG BERGETAR

Maha Besar Allah yang menyatukan dua hati manusia, sebagaimana Ia satukan awan, pepohonan, dan gunung-gunung menjadi keindahan. Terpujilah Allah ‘azza wajalla yang mempertemukan dua jiwa manusia, sebagaimana Ia temukan air dan angin menjadi gelombang yang kokoh menggentarkan.

Air bukanlah angin, awan bukanlah pepohonan, sebagaimana gunung bukanlah gelombang. Tetapi, Maha Suci Allah yang tidak pernah menjadikan mereka sekedar pemeran figuran. Allah – Rabb semesta alam – dengan keagungan-Nya memuji mereka sebag ai yang, “bertasbih kepada Allah, apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi…” (QS 61:1, QS 62:1, QS 64:1).

Lalu, di antara dzikir-dzikir semesta itu, dimanakah manusia-manusia itu berada? Adakah kesadaran ilahiyyah itu mementas dan melintas dalam irama-irama nafasnya? Sementara, “… di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang yang yakin, dan juga (terdapat) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tiada memperhatikan?” (QS 51:20-21).

Karena itulah – demi Allah – seorang manusia yang mu’min menjadi istimewa. Mereka telah memuliakan hidupnya dengan Rabb-Nya ketika, “apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka…” (QS 8:2). Mereka memilih untuk menjadi luar biasa dengan mewujud menjadi, “orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring…” (QS 3:191). Dan merekalah yang dengan tulus berkata, “sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah,” (QS 6:162)

Wahai anak muda, bagaimanakah dengan engkau?

Ketika ‘mereka yang berbeda warna’ melintas-lintas dan matamu nanar hingga hatimu bergejolak? Ketika ‘mereka yang tak senada’ mengalunkan suara hati dan telingamu tegak hingga hatimu berharap? Adakah Allah sedang bersamamu saat itu? Ataukah hembusan-hembusan syaithan yang merasukimu?

Maka ya saudaraku, tanyalah pada hati nuranimu, “istaftii qalbak..”

Sungguh berbeda syaithan yang berdiri di jalanan bersama mereka yang menegakkan kemungkaran, dengan syaithan yang bersama dengan mereka yang melatih hidupnya bersama dakwah. Mereka yang kedua bekerja lebih keras. Mereka bersembunyi di relung-relung ’amal jama’i, atau di palung-palung nashihat, atau disela-sela ukhuwwah.

Sungguh luar biasa para da’i yang membuat qaulan tsaqiila - kalimat yang berat - itu tegak. Tetapi sungguh sangat memalukan bagi mereka yang merasa da’i tapi menggeserkan kakinya perlahan-lahan bersama hembusan sang penghembus.

Maka ya saudaraku, berhati-hatilah, “ittaquLlaah..”

Hanya pada mereka yang kokohlah peradaban dunia ini disandarkan. Mereka yang memilih berjual beli dengan Allah, sementara dunia menawari mereka gelimang permata. Mereka yang memilih berbeda, sedang dunia memberi mereka beragam tanya dan cela.

Amanah semesta bukan diandarkan pada mereka yang ‘cengeng’ yang bersembunyi di balik dada bapaknya. Tampil dandy mewangi tetapi dengan kaki rapuh melayuh. Menyangga romantisme dan membenamkan idealisme. Berteman dengan pura dan dusta.

Dan menikah, adalah jalan barakah yang Allah hadirkan untuk menjajarkan tiang-tiang peradaban itu tegak menjulang. Seperti gunung-gunung yang sambung-menyambung menyangga langit peradaban amanah ilahiyyah. Seperti ‘soko tatal’ – serpih-serpih yang berlekat kuat – yang menegakkan masjid baytuLlaah.

Maka, ketika keluarga engkau bangun dengan semata atas nama cinta maka ia takkan pernah menjadi pemenuh separuh agama. Ketika cinta engkau ikat semata atas nama gharizah maka ia takkan pernah menyatu sebagai mitsaqan ghalidza. Ketika gharizah kau temukan bukan karena Allah, maka takkan pernah muncul sakinah mawaddah dan rahmah. Ketika tiada Allah di dalam hatimu, tiada Allah bersama amalmu, tiada Allah bersama menikahmu, maka tidak akan pernah hadir dakwah bersama hidupmu. Dan tidak akan pernah muncul khilafah – tegaknya kalimat Allah – di muka bumi.

Untuk kalimat Allah yang tegak di muka bumi, apakah maharmu wahai kaum muslimin?

Seperangkat alat shalatkah? sedang engkau lalaikan diri tuk memakainya di tengah siang dan di sudut malam? Atau Al Qur’an dan tafsirnya? sementara engkau hentikan hanya di tenggorokan? Atau segenggam dua genggam emas? dan membuat engkau lalai dengan emas-emas surga?

Saudaraku, tidakkah engkau cukupkan dengan sebuah hati yang bergetar? Yang getaran robbaniyyahnya menggetarkan sekitar, lingkungan, dan semesta alam? Hingga mereka terus menerus bersujud melafadzkan nama-Nya yang indah dan agung. Hingga hilang fitnah dan kedurjanaan pada semesta alam. Hingga diin ini akan kembali kepada pemiliknya: Allah – Rabb semesta alam.

Semoga aku, keluargaku, kekasihku, dan seluruh keluarga kaum muslimin diizinkan Rabb-kami untuk memberi makna pada semesta.

0 comments: